Senin, 17 Januari 2011

Asuhan Keperawatan Karsinoma Recti

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN KARSINOMA RECTI

I. KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.


B. Insidens dan Faktor Risiko
Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya menyerang Recti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai berikut:

Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

ASUHAN KEPERAWATAN 
BRONKOPNEUMONIA

1. Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).

Asuhan Keperawatan Batu Ginjal

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN BATU GINJAL

KONSEP MEDIS

Pengertian
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).

Insidens dan Etiologi
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.

Asuhan Keperawatan Askariasis

ASUHAN KEPERAWATAN ASKARIASIS

A. Pengertian
Askariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi cacing Ascaris Lumbricoides atau cacing gelang (Noer, 1996: 513).  Hal senada juga terdapat dalam Kamus Kedokteran (Ramali, 1997: 26).           
B. Penyebab
Penyebab dari Ascariasis adalah Ascaris Lumbricoides. Ascaris termasuk Genus Parasit usus dari kelas Nematoda: Ascaris Lumbricoides: cacing gelang  (Garcia, 1996: 138). Menurut Reisberrg (1994: 339) ascaris adalah cacing gilig usus terbesar dengan cacing betina dengan ukuran panjang 20-35 cm dan jantan dewasa 15-35 cm. Rata-rata jangka hidup cacing dewasa sekitar 6 bulan

Asuhan Keperawatan Batu Empedu (Cholelithiasis)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS (BATU EMPEDU)


I. Pengertian : 
a. Batu saluran empedu : adanya batu yang terdapat  pada sal. empedu (Duktus Koledocus ).
b. Batu Empedu(kolelitiasis) : adanya batu yang terdapat pada kandung empedu.
c. Radang empedu (Kolesistitis) : adanya radang pada kandung empedu.
d. Radang saluran empedu (Kolangitis) : adanya radang pada saluran empedu.

II. Penyebab:
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:
1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu. 
     Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu: 
Infeksi kandung empedu
Usia yang bertambah
Obesitas
Wanita
Kurang makan sayur
Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2.  Batu pigmen empedu , ada dua macam;
Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
Batu pigmen coklat  :  bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi 
3. Batu saluran empedu
Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.

III. Pathofisiologi : 
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu lainnya. 
Faktor predisposisi yang penting adalah :
Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
Statis empedu
Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting  pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu .
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi  progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam  saluran empedu dapat memegang peranan sebagian  pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu.

IV. Perjalanan Batu
Batu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu baru akan memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut atau kronik. 

Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan ikterus obstruktif.

V. Gejala Klinis
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.

GEJALA AKUT GEJALA KRONIS
TANDA :
1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme
2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas 
3. Kandung empedu membesar  dan nyeri
4. Ikterus ringan TANDA:
1. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen
2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas
GEJALA:
1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang
Menetap
2. Mual dan muntah                    
3. Febris (38,5C) GEJALA:
1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan
2. Nausea dan muntah
3. Intoleransi dengan makanan berlemak
4. Flatulensi
5. Eruktasi (bersendawa)


VI. Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium : 
1. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu). 
2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl). 
3. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi  sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin  K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
5. USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran empedu  ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik)
6. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
7. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
8. Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar.
9. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi/obstruksi joundice.
10. Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader.


Daftar Pustaka : 
1. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
2. Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.
3. Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.
4. D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.
5. Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
6. Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76.

VII. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat: 
subyektif : kelemahan
Obyektif  : kelelahan
2. Sirkulasi :
Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
3. Eliminasi : 
Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces 
Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine pekat . 
4. Makan / minum (cairan)
Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.
Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.
Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.
Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).
Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
Obyektif : 
Kegemukan.
Kehilangan berat badan (kurus).
5. Nyeri/ Kenyamanan :
Subyektif :
Nyeri abdomen menjalar  ke punggung sampai ke bahu.
Nyeri apigastrium setelah makan.
Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.
Obyektif :
Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).
6. Respirasi :
Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.
7. Keamanan :
Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan ( defisiensi Vit K ).
8. Belajar mengajar :
Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah.

Prioritas Perawatan :
a. Meningkatkan fungsi pernafasan.
b. Mencegah komplikasi.
c. Memberi informasi/pengetahuan tentang penyakit, prosedur, prognosa dan pengobatan

Tujuan Asuhan Perawatan :
a. Ventilasi/oksigenasi yang adekwat.
b. Mencegah/mengurangi komplikasi.
c. Mengerti tentang proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan pengobatan 


Diagnosa Perawatan:
A. Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan nyeri, kerusakan otot, kelemahan/ kelelahan, ditandai dengan : 
Takipneu
Perubahan pernafasan 
Penurunan vital kapasitas.
Pernafasan tambahan
Batuk terus menerus

B. Potensial Kekurangan cairan sehubungan dengan :
Kehilangan cairan dari nasogastrik.
Muntah.
Pembatasan intake 
Gangguan koagulasi, contoh : protrombon menurun, waktu beku lama.
C. Penurunan integritas kulit/jaringan sehubungan dengan  
Pemasanagan drainase T Tube.
Perubahan metabolisme.
Pengaruh bahan kimia (empedu)
 ditandai dengan :
adanya gangguan kulit.

D. Kurangnya pengetahuan tentang prognosa dan kebutuhan pengobatan, sehubugan dengan : 
Menanyakan kembali tentang imformasi.
Mis Interpretasi imformasi.
Belum/tidak kenal dengan sumber imformasi.
           ditandai :  . pernyataan yang salah.
                             . permintaan terhadap informasi.
                             . Tidak mengikuti instruksi.
Daftar Pustaka : 
7. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
8. Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.
9. Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.
10. D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.
11. Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
12. Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76.



Minggu, 16 Januari 2011

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

KUMPULAN 705 ASUHAN KEPERAWATAN DAN
BONUS 303 MATERI, 78 LEAFLET + 100 EBOOK KEPERAWATAN
( JUMLAH SEMUANYA ADA 1186 FILE )
Hanya dengan Rp. 55.000,-
Anda akan mendapatkan 705 Asuhan Keperawatan dan Bonus 303 Materi Keperawatan dll,
dan semuanya sudah dalam bentuk Microsoft Word Dokumen.
Untuk download ribuan file keperawatan, silahkan klik link download dibawah ini:



DAFTAR ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
( 52 File Dokumen Microsoft Word )

1.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Abortus Imminens
2.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Abortus
3.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ante Natal
4.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bayi Baru Lahir SC
5.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bayi baru Lahir SC2
6.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bayi Neuroma Pada Fronto Orbita Sinistra
7.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bayi Premature Dg Persalinan Preterm DG Riwayat Persalinan Prolonge Labor
8.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Mamae Stadium 3
9.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Mamae
10.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Ovari
11.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Servik
12.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca Servik2
13.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Vulva dan Ca Servik
14.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fibroadenoma (FAM)
15.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hiperbilirubinemia
16.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hiperemesis Gravidarum
17.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi Gravida
18.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Ovarium
19.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehamilan Ganda (Gemeli) Persalinan Normal
20.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehamilan Letak Lintang dan Sectio Caesaria
21.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehamilan Trimester 2
22.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kehamilan Trimester 3
23.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
24.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketuban Pecah Dini2 (KPD)
25.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kistoma Ovarii
26.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kistoma ovarii2
27.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Lekore Kandidiasis
28.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Mioma Uteri
29.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Mual Muntah (Hiperemesis Gravidarum)
30.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Multi gravida dan Hipertensi
31.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Neonatus Hipoglikemi Simptomatis
32.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Nifas (Puerperium)
33.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Nifas dan Sectio Caesaria (SC)
34.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pada Kelahiran Dengan Vacum
35.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Persalinan Normal
36.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Persalinan Spontan (Episiotomi)
37.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Placenta Previa
38.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi SC Indikasi Kistoma Ovarii
39.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Partum (Nifas)
40.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Partum Dg Riwayat Haemoraghi Post Partum (Perdarahan)
41.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Partum Fisiologi
42.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Partum Spontan
43.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Partum
44.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post SC Letak Sungsang
45.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Seksio Caesaria Dg Eklampsi
46.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pre dan Post Seksio Caesaria (SC)
47.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pre Eklamsia
48.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pre Eklamsia2
49.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Primigravida Kehamilan Fisiologis
50.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Renpra Trimester 3
51.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Seksio Caesaria (SC)
52.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Serotinus (Kehamilan Postmatur dan KPD)

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KUMPULAN 705 ASUHAN KEPERAWATAN DAN
BONUS 303 MATERI, 78 LEAFLET + 100 EBOOK KEPERAWATAN
( JUMLAH SEMUANYA ADA 1186 FILE )
Hanya dengan Rp. 55.000,-
Anda akan mendapatkan 705 Asuhan Keperawatan dan Bonus 303 Materi Keperawatan dll,
dan semuanya sudah dalam bentuk Microsoft Word Dokumen.
Untuk download ribuan file keperawatan, silahkan klik link download dibawah ini:



DAFTAR ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ( KMB )
( 136 File Dokumen Microsoft Word )

1.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Abses
2.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Amputasi
3.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Anemia
4.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Angina Pektoris
5.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Aritmia Jantung
6.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Askariasis (Cacing)
7.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma
8.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma2
9.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma Bronchiale
10.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Atresia Ani
11.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Basalioma Nasolabial Sinistra
12.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Batu Saluran Kemih (Kalkuli)
13.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bedah Space Occupying Lesson (Tumor Otak)
14.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Benigna Prostat Hipertropi (BPH)
15.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Benigna Prostat Hipertropi2 (BPH)
16.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Bladder Neoplasma
17.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CA Buli-buli
18.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CA Laring
19.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CA Mamae (Kanker Payudara)
20.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CA Rectum (Kanker Rektum)
21.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CAD Post Operasi CABG
22.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cholilithiasis (Batu Empedu)
23.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Kepala Berat dan Subarachnoid
24.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Kepala Berat dan Sub Dural Hematoma
25.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Kepala Ringan
26.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Kepala Sedang
27.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Kepala
28.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cidera Otak Berat
29.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Cirosis Hepatis
30.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Combustio (Luka Bakar)
31.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Comotio Cerebri (Gegar Otak)
32.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Congestive Heart Disease
33.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Decompensasi Cordis
34.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dengue Haemoraghic Fever (DHF)
35.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus
36.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus2
37.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus (DM)
38.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus (NIDDM)
39.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Eksotropia
40.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Elektrikardiografi (EKG)
41.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Endokarditis
42.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Erythema Multiformis
43.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Febris Thypoid
44.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fibroadenoma Mamae (Tumor Jinak)
45.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fistel Umbilikalis
46.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Cervikalis (Cidera Tulang Belakang)
47.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Cruris
48.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Femur
49.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Humerus
50.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Os. Alviolaris Maxilla Sinistra
51.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Os. Mandibularis
52.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur
53.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Muskuluskeletal
54.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Endokrin (Morbus Basedow)
55.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gasrtoenteritis (GE)
56.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gigantisme (Tumbuh Raksasa)
57.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Glomerulonefritis Akut
58.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hemangioma
59.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hemofilia
60.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hemoroid
61.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hepatitis
62.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hepatoma
63.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hernia
64.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hernia2
65.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hernia Nukleus Pulposus
66.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
67.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hernia Nukleus Pulposus2 (HNP)
68.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hernia Scrotalis
69.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Herpes
70.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipersensitifitas (Alergi)
71.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi
72.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV-AIDS
73.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Illeostomi
74.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infark Miokard Akut (AMI)
75.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Infeksi Pada Mata
76.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Jantung Rematik
77.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Jantung Rematik2
78.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kandidiasis
79.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Tyroid (CA Tyroid)
80.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Katarak
81.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolostomi (Colostomy)
82.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kusta
83.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Laparatomi
84.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leptospirosis
85.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Low Back Pain (Nyeri Punggung Bawah)
86.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar (Combustio GR II 45%)
87.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar
88.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Multipel Fraktur
89.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Nefrotik Syndrom (NS) dan Satpel
90.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Nyeri Dada (Chest Pain)
91.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Osteomielitis
92.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Osteoporosis
93.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Otitis Media Akut dan Kronik
94.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
95.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Parkinson
96.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Peningkatan Tekanan Inra Kranial (TIK)
97.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Perdarahan Saluran Cerna
98.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Phemfigus (Kulit)
99.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Phemfigus Vulgaris (Kulit)
100.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post ORIF Femur dan Tibia
101.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post ORIF
102.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Paratyroidektomi (Hipoparatyroidisme)
103.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Presbiakusis
104.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Psoriasis (Kulit)
105.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Serebrovaskuler
106.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sindrom Cushing (Cushing Syndrome)
107.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sindrom Steven - Johnson (Steven-Johnson Syndrome)
108.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sinusitis Maksilaris
109.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sistemic Lupus Erythematosus (SLE)
110.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Skin Graft (Cangkok Kulit)
111.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Spondilitis Tuberculosa
112.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke Non Haemoraghic
113.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tetanus
114.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Thypus Abdominalis
115.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tonsilektomi
116.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tonsilitis Akut (Tonsilektomi)
117.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tonsilitis kronik
118.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen
119.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Bladder
120.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Dada
121.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Kornea (Ulkus Kornea)
122.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Mata
123.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Mekanik Mata
124.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Tembus Pada Mata
125.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Thorax
126.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tuberculosis
127.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tuberculosis2
128.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor (Neoplasma)
129.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor Medula Spinalis
130.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor Otak (Tumor Intrakranial)
131.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor Paru (Karsinoma Bronkogenik)
132.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Urolithiasis
133.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Varicela
134.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Varicela2
135.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Varises Truncal dan Retikularis (Vena Varikosa)
136.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan VEntrikel Septum Defek (Jantung)

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

KUMPULAN 705 ASUHAN KEPERAWATAN DAN
BONUS 303 MATERI, 78 LEAFLET + 100 EBOOK KEPERAWATAN
( JUMLAH SEMUANYA ADA 1186 FILE )
Hanya dengan Rp. 55.000,-
Anda akan mendapatkan 705 Asuhan Keperawatan dan Bonus 303 Materi Keperawatan dll,
dan semuanya sudah dalam bentuk Microsoft Word Dokumen.
Untuk download ribuan file keperawatan, silahkan klik link download dibawah ini:



DAFTAR ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
( 82 File Dokumen Microsoft Word )

1.Asuhan Keperawatan Anak Akut Respiratori Distress Sindrom (ARDS)
2.Asuhan Keperawatan Anak Alergi
3.Asuhan Keperawatan Anak Apendiksitis
4.Asuhan Keperawatan Anak ARDS
5.Asuhan Keperawatan Anak Askariasis (Cacing)
6.Asuhan Keperawatan Anak Asma Bronkial
7.Asuhan Keperawatan Anak Asma Bronkial2
8.Asuhan Keperawatan Anak Atresia Esophagus
9.Asuhan Keperawatan Anak Balita Ikterus
10.Asuhan Keperawatan Anak Bronkhitis
11.Asuhan Keperawatan Anak Bronkhitis Alergika
12.Asuhan Keperawatan Anak Bronkopneumonia
13.Asuhan Keperawatan Anak Cardiovaskuler Tetralogi Fallot
14.Asuhan Keperawatan Anak Chemotherapy (Kemoterapi)
15.Asuhan Keperawatan Anak Demam Berdarah (DHF)
16.Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF 6-12 Th)
17.Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF Pra Sekolah)
18.Asuhan Keperawatan Anak Dengue Haemoraghic Fever (DHF)
19.Asuhan Keperawatan Anak Dermatitis
20.Asuhan Keperawatan Anak Diabetes Mellitus
21.Asuhan Keperawatan Anak Diabetes Mellitus2
22.Asuhan Keperawatan Anak Diare
23.Asuhan Keperawatan Anak Diare2
24.Asuhan Keperawatan Anak Diare 1-3 tahun
25.Asuhan Keperawatan Anak Diare Akut Dehidrasi Sedang
26.Asuhan Keperawatan Anak Diare Akut Dehidrasi Sedang2
27.Asuhan Keperawatan Anak Diphteri (Difteri)
28.Asuhan Keperawatan Anak Down Syndrome
29.Asuhan Keperawatan Anak Ensefalitis
30.Asuhan Keperawatan Anak Epilepsi
31.Asuhan Keperawatan Anak Fraktur
32.Asuhan Keperawatan Anak Fraktur2
33.Asuhan Keperawatan Anak Gagal Ginjal Kronik
34.Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Bicara
35.Asuhan Keperawatan Anak Gastritis dan Thypoid
36.Asuhan Keperawatan Anak Hemostasis
37.Asuhan Keperawatan Anak Hernia Inguinalis
38.Asuhan Keperawatan Anak Hiperaktif (Syndroma Hiperaktifitas)
39.Asuhan Keperawatan Anak Hiperbilirubinemia (Ikterus)
40.Asuhan Keperawatan Anak Hipoglikemi Simptomatis
41.Asuhan Keperawatan Anak Hirschprung
42.Asuhan Keperawatan Anak Hospitalisasi Anak
43.Asuhan Keperawatan Anak Hydrocephalus
44.Asuhan Keperawatan Anak Hydrocephalus3 (ppt file)
45.Asuhan Keperawatan Anak Hydrocephalus
46.Asuhan Keperawatan Anak Ikterus Obstruksi
47.Asuhan Keperawatan Anak Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)
48.Asuhan Keperawatan Anak Intusepsi
49.Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam
50.Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam2
51.Asuhan Keperawatan Anak Kurang Energi Protein (KEP)
52.Asuhan Keperawatan Anak Kwashiorkor
53.Asuhan Keperawatan Anak Leukimia
54.Asuhan Keperawatan Anak Leukimia2
55.Asuhan Keperawatan Anak Leukimia Akut
56.Asuhan Keperawatan Anak Limfadenitis TB
57.Asuhan Keperawatan Anak Marasmus Kwasiorkor
58.Asuhan Keperawatan Anak Marasmus Kwasiorkor2
59.Asuhan Keperawatan Anak Meconium Aspiration Syndrome Imanuddin
60.Asuhan Keperawatan Anak Meningitis
61.Asuhan Keperawatan Anak Meningoencephalitis TBC
62.Asuhan Keperawatan Anak Model Konseptual Keperawatan Anak
63.Asuhan Keperawatan Anak Morbili
64.Asuhan Keperawatan Anak Morbili2
65.Asuhan Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome2
66.Asuhan Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome (NS)
67.Asuhan Keperawatan Anak Pneumonia
68.Asuhan Keperawatan Anak Pneumonia2
69.Asuhan Keperawatan Anak Pola Asuh Keluarga Anak Autisme
70.Asuhan Keperawatan Anak Sianosis
71.Asuhan Keperawatan Anak Sianosis, Gagal Nafas
72.Asuhan Keperawatan Anak Spinabifida
73.Asuhan Keperawatan Anak Tetanus
74.Asuhan Keperawatan Anak Tetanus2
75.Asuhan Keperawatan Anak Thalasemia
76.Asuhan Keperawatan Anak Thalasemia Serena
77.Asuhan Keperawatan Anak Thypoid (Thypus)
78.Asuhan Keperawatan Anak Thypus Abdominalis
79.Asuhan Keperawatan Anak Tonsilofaringitis Akut
80.Asuhan Keperawatan Anak Tonsilofaringitis Akut2
81.Asuhan Keperawatan Anak Tuberculosis (TB Paru)
82.Asuhan Keperawatan Anak Tuberculosis Paru

ASUHAN KEPERAWATAN DAN MATERI JIWA

KUMPULAN 705 ASUHAN KEPERAWATAN DAN
BONUS 303 MATERI, 78 LEAFLET + 100 EBOOK KEPERAWATAN
( JUMLAH SEMUANYA ADA 1186 FILE )
Hanya dengan Rp. 55.000,-
Anda akan mendapatkan 705 Asuhan Keperawatan dan Bonus 303 Materi Keperawatan dll,
dan semuanya sudah dalam bentuk Microsoft Word Dokumen.
Untuk download ribuan file keperawatan, silahkan klik link download dibawah ini:



DAFTAR ASUHAN KEPERAWATAN DAN MATERI JIWA
( 60 File Dokumen Microsoft Word )

1.Asuhan Keperawatan Ansietas
2.Asuhan Keperawatan Curiga
3.Asuhan Keperawatan Delireum
4.Asuhan Keperawatan Halusinasi ( Menarik Diri )
5.Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Remaja
6.Asuhan Keperawatan Menarik Diri
7.Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan (PK)
8.Asuhan Keperawatan Schizofrenia Simpleks
9.Asuhan Keperawatan Schizofrenia Katatonik
10.Bunuh Diri dan Depresi
11.Defisit Perawatan Diri (Higiene)
12.Delireum
13.Gangguan Alam Perasaan (Depresi)
14.Gangguan Alam Perasaan (Mania)
15.Gangguan Hubungan Sosial
16.Gangguan Hubungan Sosial2
17.Gangguan Hubungan Sosial Menarik Diri
18.Gangguan Penggunaan Napza
19.Halusinasi (ppt file)
20.Halusinasi
21.Halusinasi2
22.Halusinasi3
23.Harga Diri Rendah
24.Hubungan Terapeutik Pasien-Perawat
25.Interaksi Sosial
26.Kegawatdaruratan Psikiatri
27.Ketidakmampuan Toileting
28.Konsep Dasar Perilaku Kekerasan
29.Manajemen Jiwa
30.Mekanisme Koping Individu
31.Menarik Diri (ppt file)
32.Menarik Diri
33.Menarik Diri2
34.Mengapa Remaja Bunuh Diri
35.Obat Anti Depresi
36.Penanggulangan Halusinasi Di Rumah
37.Perilaku Bunuh Diri
38.Perilaku Curiga
39.Perilaku Kekerasan
40.Perilaku Kekerasan2
41.Perubahan Proses Pikir (Waham)
42.Pre Planning Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
43.Psikoneuroimunologi
44.Schizofrenia Simpleks
45.Sindroma Otak Organik Karena Epilepsi
46.Skizofrenia Katatonik
47.Strategi Pelaksanaan Bunuh Diri
48.Strategi Pelaksanaan Halusinasi
49.Strategi Pelaksanaan Halusinasi2
50.Strategi Pelaksanaan Halusinasi Dengar
51.Strategi Pelaksanaan Halusinasi Penglihatan
52.Strategi Pelaksanaan Menarik Diri
53.Strategi Pelaksanaan Menarik Diri2
54.Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan
55.Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan2
56.Strategi Pelaksanaan Waham Kebesaran
57.Strategi Pelaksanaan Harga Diri Rendah
58.Terapi Keluarga Jiwa
59.Tinjauan Teori Retardasi Mental
60.Waham

Rabu, 05 Januari 2011

Asuhan Keperawatan Amputasi

ASUHAN KEPERAWATAN PASA PASIEN AMPUTASI


Pengertian Amputasi
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
6. Deformitas organ.

Jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
1. amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir
2. amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi yang dikenal adalah :
1. amputasi terbuka
2. amputasi tertutup.
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).
Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.

Manajemen Keperawatan
Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap postoperatif.
a. Pre Operatif
Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.
Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.


Pengkajian Riwayat Kesehatan
Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
SISTEM TUBUH KEGIATAN
Integumen :
Kulit secara umum.
Lokasi amputasi Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.
Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.
Sistem Cardiovaskuler :
Cardiac reserve
Pembuluh darah Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.
Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.
Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.
Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.
Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.
Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.
Memonitor intake dan output cairan.
Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.
Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.
Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.



Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.

Laboratorik
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.



Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan
Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat timbul antara lain :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
Karakteristik penentu :
- Mengungkapkan rasa tajut akan pembedahan.
- Menyatakan kurang pemahaman.
- Meminta informasi.
Tujuan : Kecemasan pada klien berkurang.
Kriteria evaluasi :
- Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.
- Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.
INTERVENSI RASIONAL
Memberikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral.

Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya.

Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien. Secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya.

Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan/ persepsi klien.

Meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat.

2. Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat amputasi.
Karakteristik penentu :
- Mengungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian.
- Takut kecacatan.
- Rendah diri, menarik diri.
Tujuan : Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.
Kriteria evaluasi :
- mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.
- Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yangbaru.
INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup.

Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi.

Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah.

Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam penerimaan terhadap situasi amputasi. Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental.

Membantu klien mengapai penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi.

Meningkatkan dukungan mental.






Strategi untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan citra diri.

Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif antara lain :
Mengatasi nyeri
- Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatsi nyeri.
- Menginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi nyeri.
- Menerangkan pada klien bahwa klien akan “merasakan” adanya kaki untuk beberapa waktu lamanya, sensasi ini membantu dalam menggunakan kaki protese atau ketika belajar mengenakan kaki protese.
Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif
- Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1 – 2 jam untuk mencegah kontraktur.
- Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki ( yang sehat ), perut dan dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat penyangga/kruk.
- Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi preoperasi, untuk membantu meningkatkan kemampuan mobilitas posoperasi, memprtahankan fungsi dan kemampuan dari organ tubuh lain.
Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan
- Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.
- Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu ( karena tidak semua klien yang mengalami operasi amputasi mendapatkan protese seperti pada penyakit DM, penyakit jantung, CVA, infeksi, dan penyakit vaskuler perifer, luka yang terbuka ).
- Semangati klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan protese.
- Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam.

b. Intra Operatif
Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.
Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif.
Makalah ini tidak membahas secara detail kegiatan intraoperasi.

c. Post Operatif
Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.
Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.
Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.
Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.
Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.
Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain adalah :
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi
Karakteristik penentu :
- Menyatakan nyeri.
- Merintih, meringis.
Tujuan : nyeri hilang / berkurang.
Kriteria evaluasi :
- Menyatakan nyeri hilang.
- Ekspresi wajah rileks.
INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi. Bila terjadi nyeri panthom limb



Beri analgesik ( kolaboratif ).

Ajarkan klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan menarik handuk dengan berlahan. Sensasi panthom limb memerlukan waktu yang lama untuk sembuh daripada nyeri akibat insisi.
Klien sering bingung membedakan nyeri insisi dengan nyeri panthom limb.

Untuk menghilangkan nyeri

Mengurangi nyeri akibat nyeri panthom limb

2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi
Karakteristik penentu :
- Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.
- Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.
- Depresi.
Tujuan : Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.
Kriteria evaluasi :
- Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.
- Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.
INTERVENSI RASIONAL
Validasi masalah yang dialami klien.

Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung menggunakan putung :
- Perawatan luka.
- Mandi.
- Menggunakan pakaian.

Berikan dukungan moral.

Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri. Meninjau perkembangan klien.

Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh.





Meningkatkan status mental klien.

Memfasilitasi penerimaan terhadap diri.

3. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Infeksi, hemorragi, kontraktur, emboli lemak berhubungan dengan amputasi
Karakteristik penentu :
- Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.
Tujuan : tidak terjadi komplikasi.
Kriteria evaluasi : tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.
INTERVENSI RASIONAL
Infeksi
Lakukan perawatan luka adekuat.
Mencegah terjadinya infeksi.
Perdarahan
Pantau :
-Masukan dan pengeluaran cairan.

- Tanda-tanda vital tiap 4 jam.

- Kondisi balutan tiap 4-8 jam.
-
Menghindari resiko kehilangan cairan dan resiko terjadinya perdarahan pada daerah amputasi.

Sebagai monitor status hemodinamik

Indikator adanya perdaraham masif

Emboli lemak
Monitor pernafasan.


Persiapkan oksigen


Pertahankan posisi flower atau tetap tirah baring selama beberapa waktu
Memantau tanda emboli lemak sedini mungkin

Untuk mempercepat tindakan bila sewaktu-waktu dperlukan untuk tindakan yang cepat.

Mengurangi kebutuhan oksigen jaringan atau memudahkan pernafasan.

Beberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah :
Melakukan perawatan luka postoperasi
- Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka.
- Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese yang digunakan telah tepat dengan kondisi daerah amputasi (6 bulan –1 tahun).
Membantu klien beradaptasi dengan perubahan citra diri
- Memberi dukungan psikologis.
- Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi saat ini.
Mencegah kontraktur
- Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah amputasi segera setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi.
- Menerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna untuk meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese, menghindari terjadinya kontraktur.
Aktivitas perawatan diri
- Diskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).
- Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese.
- Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari tim rehabilitasi kesehatan selama penggunaan protese.
- Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus.
- Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan protese.


Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi.(anas)
REFERENSI
Engram, Barbara ( 1999 ), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah, edisi Indonesia, EGC, Jakarta.

Brunner, Lillian S; Suddarth, Doris S ( 1986 ), Manual of Nursing Practice, 4th edition, J.B. Lippincott Co. Philadelphia.

Kozier, erb; Oliveri ( 1991 ), Fundamentals of Nursing, Concepts, Process and Practice, Addison-Wesley Co. California.

Reksoprodjo, S; dkk ( 1995 ), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Asuhan Keperawatan Gastroenteritis (Diare)

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS


KONSEP DASAR

A. Pengertian
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin (Tucker, dkk, 1998: 958). Pendapat lain dikemukakan oleh Daldiyono (1997: 21) bahwa diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya. Dalam keadaan biasa kandungan air berjumlah sebanyak 100 ml-200 ml per jam tinja. Pendapat senada dikemukakan oleh Soeparman, dkk (2001: 91) bahwa diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, konsistensi faeces menjadi cair, dan perut terasa mules ingin buang air besar. Dari beberapa pendapat diatas, dapat dikemukakan bahwa diare atau gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin sehingga menyebabkan hiperperistaltik yang mengakibatkan resorbsi air dalam usus besar terganggu dan akhirnya menyebabkan frekuensi buang air besar melebih normal.








B. Penyebab
Penyebab diare, pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini telah lebih dari 80 % penyebabnya telah diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada bayi dan anak. Penyebab ini dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus (Irwanto, dkk, 2002: 75). Menurut Noerasid, dkk (1999: 52) ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen, dan apatogen.
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan syaraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
c. Defisiensi imun terutama SIgA (secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan berlipatgandanya bakteri/ flora usus dan jamur, terutama candida.
2. Diare osmotik (osmotic diarrhoea), disebabkan oleh:

a. Malabsorbsi
b. KKP (kekurangan kalori protein).
c. BBLR (bayi berat badan lahir rendah) dan bayi baru lahir.
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Ryle dan Bockus (cit.Hadi, 1999: 44) membagi penyebab diare sebagai berikut:
1. Diare karena kelainan pada saluran makanan:
a. Kelainan dilambung atau gastroenterogenous, dapat disebabkan oleh akilia gastrika, tumor, pasca gastrektomi, vagotomi.
b. Kelainan di usus halus atau enterogenous, dapat disebabkan oleh enteritis regional, pasca bedah, gangguan absorbsi, fistula intestinal obstruksi intertial partial, divertikulosis dan tumor.
c. Kelainan di usus besar, dapat disebabkan oleh kolitis ulserosa kronis, tumor, divertikulosis, poliposis, kolitis pasca iradiasi, obstruksi kolon parsial dan endometriosis.
2. Diare karena penyakit infeksi:
a. Infeksi parasit antara lain: amuba, balantidium coli, dan lain-lain.
b. Infeksi bakteri: shigella, salmonella, escheria coli, clostridium, tuberkulosis, dan lain-lain.
c. Infeksi virus : rotavirus, astrovirus, calcivirus, corona virus, dan lain-lain.
d. Infeksi jamur misalnya monilia.
3. Kelainan diluar saluran makanan:
a. Penyakit di pankreas
b. Kelainan endokrin
c. Kelainan hepatobilier.
d. Penyakit kolagen
e. Uremia.
f. Tuberculosis paru.
g. Penyakit neurologis.
h. Akibat keracunan makanan.
i. Akibat pemberian antibiotika

C. Fokus Pengkajian
Menurut Doenges, dkk (2000: 1039) fokus pengkajian yang didapatkan pada klien dengan masalah hipovolemi adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : kelelahan, dan kelemahan umum.
2. Sirkulasi
Tanda : hipotensi, termasuk perubahan posturnal.
Nadi lemah, takikardi.
Vena leher datar, penurunan central vena pressure.
3. Eliminasi
Gejala : diare, kram perut
Tanda : penurunan volume urine, warna gelap atau pekat, oliguri (kekurangan cairan berat)
4. Makanan dan cairan
Gejala : haus, anoreksia, mual dan muntah.
Tanda : penurunan berat badan sering melebihi 2 % - 8% dari berat badan total.
Distensi abdomen.
Membran mukosa kering, lidah kotor, penurunan air mata dan salivasi.
Kulit kering dengan turgor buruk, pucat, lembab dan dingin (syok).
5. Neurosensori
Gejala : Kesemutan ekstremitas, vertigo dan sinkope.
Tanda : Perubahan perilaku, apatis, gelisah, dan kacau mental.
6. Pernapasan
Tanda : Takipnea, pernapasan cepat dan dangkal.
7. Keamanan
Tanda : Suhu biasanya sub normal meskipun demam mungkin terjadi.
8. Pemeriksaan diagnostik
Natrium serum: Mungkin normal, tinggi atau rendah.
Natrium urine: biasanya menurun (kurang dari 10 mEq/ l bila kehilangan karena penyebab eksternal, biasanya lebih besar dari 20 mEq/ l bila penyebab adalah renal atau adrenal).
Jumlah darah lengkap : Haemoglobin, hematokrit dan sel darah merah biasanya meningkat (hemokonsentrasi). Penurunan menunjukkan hemoragi.
Glukosa serum: normal atau meningkat.
Protein serum: meningkat.
Blood urea nitrogen: meningkat.
Berat jenis urine: meningkat.
D. Fokus intervensi
Menurut Wong’s, dkk (2001: 890) rencana asuhan keperawatan pada gastroenteritis adalah sebagai berikut:
A. Fokus Intervensi
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran melewati gastrointestinal (buang air besar dan muntah) yang berlebihan
Kriteria Tujuan:
Klien mampu memperlihatkan tanda-tanda rehidrasi dan pemeliharaan hidrasi yang adekuat
Intervensi :
a. Berikan Oral Rehidrasi Solution untuk rehidrasi dan pengambalian kehilangan (buang air besar).
b. Berikan dan monitor pemberian cairan intravena.
c. Berikan obat antimikroba sesuai advice
d. Berikan pengganti Oral Rehidrasi Solution dengan cairan rendah sodium seperti air, ASI, atau susu formula (rendah laktosa).
e. Berikan makanan sehari-hari sesuai toleransi.
f. Observasi intake dan out put (urine faeces dan muntah).
g. Monitor pengeluaran urine setiap delapan jam atau sesuai indikasi.
h. Timbang berat badan setiap hari.
i. Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa dan status mental tiap empat jam atau sesuai indikasi.
j. Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah dan minuman berkarbonat.
k. Anjurkan keluarga berpartisipasi dalam memonitor intake dan output serta mengkaji tanda dehidrasi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan melalui diare dan intake yang tidak adekuat.
Kriteria tujuan:
Klien akan memperlihatkan konsumsi makanan yang adekuat dan mempertahankan berat badan sesuai umur.
Intervensi:
a. Instruksikan untuk terus menerus memberi ASI bagi anak yang masih menyusu.
b. Hindari pemberian diit BRAT (Banana, Rice, Apple, and Toast Or Tea)
c. Observasi respon terhadap makanan yang diberikan.
d. Instruksikan keluarga untuk menyediakan diit yang tepat.
e. Selidiki anggota keluarga terdekat yang dapat membantu pelaksanaan regimen therapeutik.
3. Risiko penularan infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menginvasi saluran gastrointestinal.
Kriteria tujuan:
Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda infeksi gastrointestinal.
Intervensi:
a. Lakukan tindakan pencegahan infeksi sesuai standar kebiasaan rumah sakit.
b. Pertahankan kebiasaan cuci tangan.
c. Gunakan popok yang nyaman dan bersih.
d. Gunakan popok disposible yang mempunyai daya serap.
e. Lindungi bayi dan anak kecil dari tempat yang terkontaminasi.
f. Ajarkan aturan pencegahan yang mungkin pada anak.
g. Instruksikan anggota keluarga dan pengunjung untuk melakukan pencegahan terutama melakukan cuci tangan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi sekunder terhadap seringnya buang air besar.
Kriteria tujuan:
Integritas kulit utuh.
Intervensi:
a. Ganti popok setiap basah atau setiap habis buang air besar.
b. Bersihkan pantat dengan kapas lembut sabun non alkali dan air.
c. Gunakan salep seperti zinc oxide.
d. Hindari pengguanaan tissue basah yang mengandung alkhohol.
e. Observasi bokong dan perineum dari infeksi seperti candida.
f. Berikan salep antifungi bila perlu.
5. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang proses penyakit.
Kriteria tujuan:
Keluarga memperlihatkan tanda kenyamanan.
Intervensi:
a. Berikan perawatan mulut dan tenangkan bayi.
b. Beri semangat atau dorong keluarga untuk berkunjung dan berpartisipasi didalam perawatan yang sama porsinya dengan kemampuan keluarga.
c. Sentuh, genggam dan bicarakan tentang stres anak.
d. Berikan stimulasi sensori dan pengalihan hiburan yang cocok terhadap tingkat perkembangan anak dan kondisinya.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan situasi krisis dan kurang pengetahuan
Kriteria tujuan:
Keluarga akan mengerti tentang penyakit anaknya dan dapat melakukan perawatan.
Intevensi:
a. Berikan informasi kepada keluarga tentang penyakit dan tindakan pengobatan.
b. Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan support pada anak.
c. Libatkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan seperti yang mereka inginkan.
d. Ajarkan keluarga mengenai tindakan pencegahan.
e. Atur pelayanan kesehatan post hospitalisasi.
f. Rujuk keluarga pada unit pelayanan kesehatan masyarakat.

Photobucket